Stres Bisa Ngaruh ke Fisik, Lho!

KOMPAS.com - Kita seringkali tak sadar ketika
mengalami stres, bahkan menganggap hal tersebut wajar saja terjadi.
Tubuh memang mampu beradaptasi dengan stres jangka pendek, namun jika
berlangsung terus-menerus Anda bisa mengubah gangguan kecil tersebut
menjadi masalah kesehatan yang serius. Tidak percaya? Bukti-buktinya
bisa dilihat secara fisik, lho.
Kadar adrenalin dan kortisol tinggi
Ketika stres, saraf-saraf simpatik otak memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepaskan sejumlah senyawa kimia, termasuk epinephrine
(atau sering disebut adrenalin) dan kortisol. Kadar epinephrine dan
kortisol yang terus-menerus tinggi bisa merusak memori dan kemampuan
belajar Anda, dan semakin menambah depresi.
Endocrine
Hormon
stres bisa memicu liver untuk memproduksi lebih banyak gula, yang
memberikan Anda energi ketika merasakan suatu bahaya atau keadaan tidak
menyenangkan. Namun jika "bahaya" yang Anda alami berkaitan dengan
dilema jangka panjang, dan Anda memang berisiko mengidap diabetes
mellitus tipe 2, kadar glukosa yang naik bisa membuat Anda benar-benar
terkena penyakit ini.
Sulit bernafas
Saat
sedang stres, Anda cenderung akan bernafas lebih cepat, merasa nafas
jadi pendek-pendek, bahkan kehabisan nafas. Ketika hal ini berlangsung
cukup lama, ketegangan di dalam sistem bisa membuat Anda lebih mudah
terkena infeksi saluran pernafasan (ISK).
Jantung berdetak lebih cepat
Stres
akut yang terjadi sejenak, seperti pada detik-detik Anda menghadapi
upacara pernikahan, akan membuat jantung berdetak lebih cepat, dan
tekanan darah naik. Sementara stres yang berlangsung lama, misalnya
ketika orangtua terus mendesak Anda untuk segera menikah, bisa membuat
pembuluh arteri menyempit dan meningkatkan kadar kolesterol. Kondisi ini
bisa meningkatkan peluang Anda mengalami serangan jantung dan stroke.
Siklus menstruasi terganggu
Stres
bisa memperpanjang atau memperpendek siklus menstruasi, menghentikannya
sama sekali, atau membuat kram perut terasa lebih sakit. Kadar stres
yang tinggi juga memicu bakteri pada vagina, dan selama kehamilan akan
meningkatkan peluang bayi mengidap asma atau alergi. Untuk mengurangi
stres saat hamil, cobalah melakukan yoga prenatal.
Sistem kekebalan
Stres
jangka pendek bisa mendongkrak sistem kekebalan tubuh, membantu Anda
memerangi infeksi. Namun stres yang sedang berlangsung juga bisa
membalikkan segala-sesuatu. Misalnya, memperlambat proses pemulihan diri
akibat cidera, membuat Anda rentan terkena infeksi, dan memperparah
kondisi kulit, seperti jerawat, eczema, dan gatal-gatal kemerahan.
Mual dan kembung
Stres dalam tingkat yang ekstrem akan terasa seperti bangun pagi setelah mengalami hangover.
Mulut akan terasa kering, terjadi gangguan pencernaan, mual, dan
kembung. Gangguan ini akan merangsang otot-otot usus, sehingga
menyebabkan diare atau malah sembelit. Bila gejala ini menjadi kronis,
bukan tak mungkin Anda akan mengalami risiko sindrom iritasi usus, rasa
mulas yang parah, dan maag.
Nyeri di sekujur tubuh
Jangan
anggap remeh gangguan yang terjadi akibat sepanjang hari berkutat di
depan komputer, seperti sakit kepala dan leher, pundak, dan punggung.
Rasa sakit ini disebabkan oleh otot-otot yang tegang. Stres yang kronis
juga meningkatkan kecenderungan Anda untuk mengalami osteoporosis.
