Libya Bergejolak, Industri Minyak Berantakan

Kebumennews - Jakarta- Industri minyak Libya mengalami kekacauan setelah perusahaan energi internasional mengevakuasi para pekerjanya. Produksi minyak Libya turun setengah dari jumlah normal.
Pernyataan tersebut diungkapkan Badan Energi Internasional seperti dikutip Aljazeera. Libya merupakan salah satu kekuatan terkemuka di dunia minyak dengan rata-rata produksi 1,6 juta barel setiap hari. Sebagian besar untuk pasar Eropa.
Analis industri minyak dan investor yang mengawasi secara seksama pergolakan di Afrika Utara dan Timur Tengah, khususnya para anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak (Organization of the Petroleum Exporting Countries / OPEC), khawatir terjadi peningkatan harga minyak mentah.
Harga minyak sempat mencapai US$120 (Rp 1,08 juta) per barel, minggu lalu, meskipun kembali normal setelah Arab Saudi berjanji meingkatakn produksi untuk memenuhi kekurangan. “Ini bukan kabar baik bagi pemasok di pasar. Namun di saat yang sama sangat menghibur bahwa Arab Saudi menunjukkan kesiapan mereka untuk menutupi kekurangan,” kata Kepala International Energy Agency (IEA) Faith Birol.
Komisioner Energi Uni Eropa Guenther Oettinger mengatakan pemimpin Libya Muammar Khadafi yang kini berjuang melawan pemberontak yang mengancam kekuasaannya, telah kehilangan kendali atas sebagaian besar sumber minyak dan ladang gas di negara itu.
Banyak fasilitas saat ini dikendalikan oleh pemimpin lokal atau pemimpin daerah yang menentang otoritas Khadafi, ujar Oettinger saat pertemuan menteri energi Uni Eropa. “Mereka telah mengambil alih. Mereka sudah merebut kontrol dari Khadafi.”
